Stroke juga bisa terjadi pada generasi muda usia 20-50 tahun. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka penderita stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, meningkat dari 7 per 1.000 penduduk pada 2013. Hal ini membuat stroke menjadi penyebab kematian dan cacat tertinggi di Indonesia, bahkan tertinggi di Asia Tenggara.
Dr. Richard Santoso, Kepala Medis PT Anugerah Pharmindo Lestari (Perusahaan Zuellig Pharma), menjelaskan bahwa kesempatan untuk mengurangi risiko kematian dan cacat akibat stroke dapat terjadi jika pasien segera mendapatkan perawatan dalam waktu kurang dari 4,5 jam sejak gejala pertama muncul. Periode ini dikenal sebagai golden period, di mana terapi stroke memberikan hasil yang paling optimal.
Dalam rangka World Stroke Day 2025 dengan tema Every Minute Counts, penting bagi masyarakat untuk memahami gejala stroke melalui metode FAST. Gejala-gejala ini meliputi wajah yang tampak menurun sebelah atau sulit tersenyum, salah satu lengan terasa lemah atau sulit diangkat, serta gangguan bicara yang terdengar tercecer atau sulit dipahami. Keterlibatan waktu sangat penting untuk segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan agar penanganan dapat diberikan segera.
Selain mengenali gejala, penting juga untuk memastikan pasien dibawa ke rumah sakit dengan layanan siaga stroke dan Code Stroke yang teraktivasi. Saat ini, sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang menyediakan layanan ini. Informasi tentang daftar rumah sakit siaga stroke dapat diakses melalui situs Stroke Society di alamat strokesociety.id/wso-angels-awards.
Stroke dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk tidak menunda akses layanan gawat darurat jika menemukan tanda awal stroke. Tindakan cepat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi risiko cacat jangka panjang. Setiap menit sangat berarti dalam penanganan stroke.










