Ketombe dan Infeksi Jamur di Kulit Kepala: Perbedaan, Gejala, dan Penanganannya
Ketombe sering dianggap hanya sebagai masalah kecil yang umum terjadi di kulit kepala. Namun, serpihan putih ini sebenarnya bisa menjadi tanda adanya infeksi jamur. Meski gejalanya hampir mirip, ketombe dan infeksi jamur memiliki penyebab yang berbeda sehingga penanganannya juga harus dilakukan dengan berbeda.
Dermatologis dan ahli transplantasi rambut, dr BL Jangid menjelaskan bahwa sulit bagi banyak orang untuk membedakan antara ketombe dan infeksi jamur karena gejalanya serupa. Kedua kondisi ini memiliki penyebab yang berbeda dan cara penanganan yang juga berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan di antara keduanya agar bisa mengatasi masalah ini dengan tepat.
Ketombe umumnya disebabkan oleh kepala yang terlalu kering atau terlalu berminyak, reaksi terhadap produk perawatan rambut, atau keberadaan jamur Malassezia yang hidup normal di kulit kepala setiap orang. Di sisi lain, infeksi jamur seperti tinea capitis atau kurap disebabkan oleh jamur dermatofita yang menyerang kulit kepala. Infeksi jamur ini bisa menyebabkan kulit kepala gatal, kemerahan, kerak, dan bahkan rambut rontok.
Ciri-ciri ketombe dan infeksi jamur bisa dikenali dari tekstur dan lokasi gejalanya. Ketombe cenderung kering dan mudah terlepas, sementara infeksi jamur menghasilkan serpihan yang tebal dan melekat kuat di kulit kepala. Selain itu, infeksi jamur juga bisa menyebabkan rambut rontok dan terkadang bahkan kebotakan.
Jika gejala seperti gatal terus-menerus, sensasi terbakar, atau bercak aneh di kulit kepala tidak kunjung hilang, segera periksakan diri ke dokter kulit. Penundaan pengobatan hanya akan memperparah kondisi tersebut. Untuk mengobati infeksi jamur, diperlukan obat antijamur yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, karena sampo antiketombe biasa tidak akan cukup memadai. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter demi penanganan yang tepat.
