Balita di Bawah 2 Tahun: Risiko Efek Screen Time

Sejumlah anak bermain permainan tradisional di Taman Robusta, Pondok Kopi, Jakarta Timur. Taman Robusta menyediakan ruang bermain ramah anak dengan berbagai fasilitas permainan tradisional seperti ular tangga dan tapak gunung guna mengurangi dampak negatif penggunaan gadget pada anak-anak.

Balita berusia kurang dari dua tahun dianggap sebagai kelompok yang paling berisiko terhadap dampak dari paparan layar. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pada usia tersebut, otak anak sedang dalam tahap perkembangan yang pesat. Dr. Farid Agung Rahmadi Msi, seorang dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, menjelaskan bahwa paparan layar adalah durasi di mana seseorang menonton layar elektronik seperti televisi, komputer, laptop, atau handphone. Paparan layar dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas interaksi anak dengan orang tua dan perilaku bermain bayi.

Menurut dr. Farid, paparan layar dapat mengurangi kompleksitas bermain dan fokus perhatian anak karena terlalu banyak terpaku pada layar. Perubahan signifikan juga terjadi dalam jenis dan durasi media yang dikonsumsi anak-anak. Televisi, yang dulunya menjadi media layar utama, kini digantikan oleh gawai pribadi sebagai media dominan dalam kehidupan anak. Fenomena ini terjadi di berbagai negara termasuk Kanada, di mana durasi paparan layar meningkat dari 1 jam 20 menit menjadi hingga 4 jam akibat paparan layar dari gawai dan televisi.

Dengan demikian, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memperhatikan paparan layar pada anak balita, mengurangi screen time, dan lebih banyak mengajak anak bermain permainan tradisional di tempat-tempat seperti Taman Robusta. Ini dapat membantu dalam pengembangan otak anak dan memperkuat ikatan serta interaksi antara anak dan orang tua. Sebuah langkah kecil yang dapat memberikan dampak positif dalam pertumbuhan anak-anak di era digital ini.

Source link