FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Calon wakil presiden (Cawapres) Mahfud MD juga menyebut bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 adalah yang terburuk dan paling curang.
Ia dengan tegas menyatakan bahwa telah terjadi kecurangan dalam Pemilu 2024. Mahfud mengakui bahwa ia sudah mengikuti pemilu sebanyak 12 kali, namun menurutnya Pemilu 2024 adalah yang terburuk.
Mahfud menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat Pemilu 2024 menjadi pemilu terburuk, di antaranya adalah praktik politik uang dan politik identitas.
Ia menyinggung tentang politik uang terkait dengan distribusi bantuan sosial (bansos) yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo menjelang pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Ia membandingkan jumlah bansos yang dialokasikan pada pemilu di masa Presiden SBY dan era Jokowi.
Pada masa Jokowi, untuk tahun 2024 anggaran bansos mencapai Rp 496 triliun. Jumlah tersebut meningkat Rp 20 triliun dibanding tahun 2023.
Mahfud menegaskan bahwa nilai bansos mengalami penambahan di tengah jalan. Sementara pada Pemilu 2019 saat SBY sebagai petahana, dana bansos yang digelontorkan hanya Rp 17 triliun. Dana bansos tersebut sudah dianggarkan sebelumnya dan tidak ada penambahan menjelang Pilpres.
“Ikut pemilu era SBY, anggaran bansos Rp 17 triliun dan sudah ada sebelumnya, tidak ditambah jelang pemilu, sekarang Rp 496 triliun dan ditambah di tengah jalan,” ujar Mahfud seperti dikutip dari kanal Youtube Bachtiar Nasir, Jumat (8/3/2024).
Ia juga tidak menyangkal bahwa politik uang telah menjadi perbincangan sejak pakar hukum tata negara Bivitri Susanti menyampaikan hal tersebut dalam film dokumenter Dirty Vote yang mengungkap kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.