FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto yang mengeluhkan proses demokrasi di Indonesia mahal, melelahkan dan berantakan menuai respon beragam dari berbagai pihak.
“Izinkan saya bersaksi bahwa demokrasi sungguh sangat melelahkan. Demokrasi itu sangat-sangat berantakan, demokrasi itu sangat-sangat mahal,” kata Prabowo Subianto saat menjadi pembicara utama dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 yang mengangkat tema “Thriving through Transition” di Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2024).
“Dan kita masih belum puas dengan demokrasi kita. Ada banyak ruang untuk perbaikan,” sambung Menteri Pertahanan ini.
Wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin turut merespon pernyataan tersebut.
Menurut Sultan, keluhan Prabowo merupakan isyarat penting bagi bangsa Indonesia untuk tidak perlu ragu apalagi malu untuk kembali ke sistem pemilu terdahulu.
Sistem pemilu di mana presiden dan wakil presiden dipilih secara tidak langsung melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
“Sebagai bangsa, Indonesia harus percaya diri dan mempertahankan nilai-nilai dalam praktek kenegaraan yang digariskan oleh Pancasila dan UUD 1945. Harus kita akui bahwa Proses demokrasi yang liberal seperti sekarang ini sangat jauh dari karakter demokrasi Pancasila,” kata Sultan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/3/2024).
Ia menjelaskan, Pemilu langsung dalam Demokrasi liberal, lebih besar mudharatnya daripada manfaat daulat rakyat yang ingin kita capai. Sampai kapanpun praktek politik yang high cost dan menghalalkan segala cara akan selalu mewarnai proses pemilu langsung.