Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dianggap sebagai instrumen vital dalam meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia. Menurut ahli gizi Mochammad Rizal, program ini merupakan investasi jangka panjang penting dalam menciptakan generasi berkualitas untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Selain meningkatkan kesehatan anak-anak, program ini juga diharapkan dapat memotivasi mereka untuk aktif ke sekolah dengan menaikkan konsentrasi belajar melalui konsumsi makanan bergizi. Namun, implementasi program ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam mengubah kebiasaan makan anak-anak yang cenderung konsumsi makanan Ultra Processed Food (UPF) seperti snack dan permen.
Untuk meningkatkan efektivitas program, perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap keberhasilan program serta perubahan perilaku makan siswa. Sekolah juga diimbau untuk melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh siswa setiap enam bulan sekali. Data komprehensif seperti jumlah penerima manfaat, menu MBG, food waste, dan status gizi perlu dikumpulkan untuk evaluasi kebijakan. Selain itu, integrasi program MBG dengan edukasi gizi kepada anak dan keluarga juga menjadi langkah penting untuk memastikan pemahaman yang baik tentang gizi seimbang dan pola makan yang sehat.










