Momen Idul Adha selalu identik dengan aktivitas penyembelihan hewan qurban yang meriah di berbagai daerah. Namun, di balik itu, tantangan besar yang perlu diwaspadai adalah pengelolaan limbah qurban. Dr. Salundik, seorang dosen dari Fakultas Peternakan IPB University, mengingatkan bahwa lonjakan drastis dalam pemotongan hewan qurban harus diimbangi dengan manajemen limbah yang tepat. Jika limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, ada potensi besar bahwa lingkungan akan tercemar dan kesehatan masyarakat pun dapat terganggu.
Dia menjelaskan bahwa limbah ternak selama perayaan qurban bisa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu limbah di lokasi penjualan dan limbah di lokasi penyembelihan. Di tempat penjualan, limbah yang dihasilkan berupa kotoran dan sisa pakan hijauan. Penumpukan besar ternak menjelang Iduladha menyebabkan akumulasi limbah yang signifikan dalam jumlah ton. Sementara di lokasi penyembelihan, limbah yang dihasilkan berbeda, seperti darah, isi rumen, dan saluran pencernaan. Limbah jenis ini memiliki risiko kontaminasi yang tinggi dan memerlukan penanganan khusus.
Dr. Salundik menyarankan agar limbah berupa kotoran dan sisa makanan dapat diubah menjadi produk yang lebih bermanfaat, seperti pupuk organik kompos atau vermikompos. Ini adalah solusi yang mudah diterapkan dan memberikan nilai tambah. Namun, tantangan terbesar dalam pengolahan limbah di lokasi penyembelihan adalah ketidakpastian jumlah ternak, lokasi yang tersebar, dan keterbatasan lahan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan pengelolaan limbah qurban demi menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat.