Darah dan Urine: Indikator Konsumsi Junk Food

Darah dan urine seseorang dapat memberikan gambaran yang akurat tentang pola makan yang mereka miliki, terutama terkait konsumsi makanan olahan. Sebuah penelitian baru dari National Cancer Institute menemukan jejak kimia dalam cairan tubuh yang dapat memprediksi seberapa besar seseorang mengkonsumsi makanan ultraolahan (UPF). UPF, atau makanan siap saji, ternyata menyumbang mayoritas kalori yang dikonsumsi di Amerika Serikat. Namun, dampak kesehatan dari makanan ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Studi ini melibatkan sampel darah dan urine dari 718 peserta dewasa yang berpartisipasi dalam studi Interactive Diet and Activity Tracking in AARP (IDATA). Hasil penelitian menunjukkan hampir 200 metabolit dalam darah dan sekitar 300 metabolit dalam urine memiliki korelasi signifikan dengan konsumsi UPF. Para peneliti bahkan berhasil menciptakan skor poli-metabolit yang dapat dengan tepat memprediksi tingkat konsumsi UPF seseorang.

Temuan ini membawa pemahaman baru tentang bagaimana makanan olahan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Masyarakat yang mengonsumsi UPF cenderung memiliki asupan serat, vitamin, dan mineral yang lebih rendah. Dengan adanya biomarker ini, peneliti dapat lebih akurat mengukur tingkat konsumsi makanan olahan tanpa harus bergantung pada laporan mandiri yang rentan terhadap kesalahan atau bias.

Peneliti menekankan pentingnya penemuan ini di tengah perubahan menuju sistem pangan industri yang didominasi oleh makanan praktis dan tahan lama. Dengan demikian, tubuh kita benar-benar “merekam” makanan yang kita konsumsi, membuka pintu bagi penelitian lebih lanjut tentang dampak kesehatan dari makanan olahan bagi kesehatan manusia.

Source link