Batuk yang persisten merupakan petanda mungkin adanya masalah kesehatan yang lebih serius, seperti asma. Asma sendiri merupakan kondisi pernapasan kronis yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas. Dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), Dokter spesialis anak dari Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, menjelaskan bahwa gejala utama asma biasanya berupa batuk yang berulang dan suara napas tidak normal, seperti mengi atau mendesis. Ia juga menekankan agar orang tua waspada jika anak mereka sering batuk, terutama jika terjadi setiap bulan, karena itu bisa menjadi tanda asma.
Anak yang terkena asma juga seringkali memiliki batuk berat pada malam hari dan dini hari, meskipun pada siang hari mereka mungkin dapat beraktivitas normal. Selain itu, gejala asma lainnya meliputi sesak napas, rasa tertekan atau nyeri dada karena penyempitan saluran napas. Diagnosis asma biasanya melibatkan wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes fungsi paru-paru, dan jika diperlukan, tes alergi.
Pengobatan untuk asma biasanya melibatkan penggunaan inhaler untuk mengendalikan gejala dalam jangka panjang, serta obat-obatan tambahan untuk mengontrol gejala yang dipicu oleh alergi. Faktor genetik dan lingkungan dapat memengaruhi risiko seseorang terkena asma, dengan riwayat keluarga yang memiliki asma atau alergi meningkatkan risiko tersebut. Selain itu, faktor lingkungan seperti polusi udara, paparan asap rokok, dan alergen lainnya juga dapat memicu asma. Dengan menghindari pemicu asma dan menjalani gaya hidup sehat, gejala asma dapat dikendalikan dan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.