Endometriosis adalah kondisi yang meresahkan bagi perempuan, tidak hanya karena gejala yang menyakitkan dan pengobatan yang terbatas, tetapi juga karena risiko menopause dini. Menurut penelitian terbaru dari University of Queensland, perempuan dengan endometriosis memiliki risiko tujuh kali lebih tinggi untuk mengalami menopause karena operasi pengangkatan kedua indung telur. Bahkan, mereka juga kemungkinan dua kali lipat lebih besar menjalani prosedur ini sebelum usia 40 tahun. Tidak hanya itu, risiko menopause dini atau prematur juga meningkat, yang dapat berdampak pada masalah kesehatan serius seperti penyakit jantung dan risiko kematian dini.
Profesor Gita Mishra menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh mengenai menopause akibat tindakan medis atau alami. Pencegahan dan penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko kesehatan jangka panjang yang terkait dengan kondisi ini. Dokter Hsin-Fang Chun juga mengingatkan perempuan dengan endometriosis agar rutin memeriksakan diri untuk memantau risiko penyakit kronis dan memfokuskan pada strategi pencegahan. Endometriosis sendiri adalah kondisi di mana jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, yang dapat menyebabkan berbagai gejala seperti nyeri panggul, haid yang sangat nyeri, kesulitan hamil, dan kelelahan.
Penting bagi perempuan yang mengalami endometriosis untuk menyadari risiko menopause dini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk merawat kesehatan mereka. Dengan pemahaman yang baik mengenai kondisi ini dan pencegahan yang tepat, perempuan dapat mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul akibat endometriosis.