Debat terakhir antara calon presiden dan wakil presiden dalam pemilihan presiden 2024 diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center pada hari Minggu (4/2).
Pada kesempatan terakhir ini, tema debat capres akan membahas tentang teknologi informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Karena ini adalah penampilan terakhir calon-calon di panggung yang sama, ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi calon presiden untuk memperkuat citra pribadinya, sehingga mendapatkan simpati dari masyarakat dan menjadi pilihan mereka pada saat pemungutan suara tanggal 14 Februari mendatang.
“Pertunjukan terakhir ini adalah etape terakhir dalam membentuk citra pribadi. Siapa yang sebenarnya adalah sosok yang paling pantas, karena momentum ini dapat mempengaruhi suara pemilih. Ini bisa menurunkan dan meningkatkan popularitas,” kata Hasrullah, seorang pengamat politik dari Unhas.
Hasrullah menilai bahwa reaksi publik terhadap hasil debat sebelumnya akan menjadi evaluasi bagi setiap pasangan capres dalam menghadapi debat terakhir ini. Bahkan, menurutnya, tim kampanye masing-masing calon pasti telah melakukan perbaikan atas kelemahan yang terlihat dalam debat-debat sebelumnya.
Sebagai seorang komunikolog yang sering menjadi pembawa acara dan panelis dalam debat pemilihan kepala daerah di berbagai kabupaten/kota di Sulsel, Hasrullah juga mengingatkan bahwa debat adalah panggung untuk menunjukkan kedewasaan atau kecerdasan intelektual dan emosional. Oleh karena itu, menurut Hasrullah, penguasaan materi dengan dukungan data yang akurat sangat penting.
