FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Pemilih pada Pemilu 2024 didominasi oleh pemilih muda, milenial, dan generasi Z. Mereka dinilai rentan golput, sehingga perlu pendekatan khusus.
Banyak riset menyebut perilaku politik generasi milenial dan gen Z sangat khas. Kelompok ini dikategorikan sebagai digital native yang terintegrasi dengan ekosistem digital.
Gerakan politik kaum milenial dan gen Z dikategorikan tidak tertarik pada politik formal yang penuh caci maki dan kekerasan. Sehingga, jika ingin menarik partisipasi pemilih segmen ini, penyelenggara pemilu mesti menghadirkan iklim yang kondusif dan penuh kedamaian.
“Pemilih muda penuh gairah dengan perilaku politik yang riang gembira,” ujar A Luhur Prianto, analis politik Unismuh Makassar, Minggu, 17 Desember.
Bagi penyelenggara, kata Luhur, upaya membangun pendekatan dengan pemilih milenial dan gen Z tidak cukup melalui media konvensional. Seperti sosialisasi dan pendidikan pemilih secara tertutup. Sebab, golongan ini terbiasa menggunakan platform terbuka dalam membangun interaksi.
Meskipun banyak peserta pemilu dari kaum milenial, itu tak serta merta menarik pemilih muda.
“Kalau perilaku mereka tidak menunjukkan karakter kepemudaan, mereka tidak cukup mampu menjadi magnet elektoral yang menggerek partisipasi politik kaumnya,” ujar Luhur.
Analis politik UINAM Attock Suharto, mengemukakan populasi Gen Z pada pemilu 2024 sebanyak 46 juta jiwa tentu sangat signifikan. Akan tetapi, meskipun banyak dari segi kuantitas, tapi belum sepenuhnya melek politik, masih banyak yang apatis terhadap politik.