Vasektomi adalah suatu tindakan pembedahan kecil yang dilakukan pada pria sebagai metode kontrasepsi permanen. Hal ini dilakukan dengan memutus atau menutup saluran vas deferens yang membawa sperma dari testis ke uretra. Meskipun efektif, aman, dan permanen, vasektomi tidak melindungi dari penularan infeksi menular seksual (IMS). Di Indonesia, angka penggunaan vasektomi masih sangat rendah, dengan kurang dari lima persen laki-laki yang menggunakannya pada tahun 2024.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengusulkan agar vasektomi menjadi salah satu syarat bagi suami untuk menerima bantuan sosial di wilayah tersebut. Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan bantuan pemerintah kepada keluarga yang jumlahnya tidak terkendali. Memang masih banyak miskonsepsi terkait vasektomi, terutama mengenai dampaknya pada kesehatan seksual pria. Namun, faktanya setelah menjalani prosedur vasektomi, tidak akan ada dampak pada dorongan seks, kemampuan ereksi, atau orgasme. Sperma yang diproduksi oleh testis akan tetap ada, namun akan diserap kembali oleh tubuh secara alami.
Meskipun demikian, vasektomi tetap menjadi pilihan yang sangat berharga bagi pria yang ingin menerapkan kontrasepsi permanen. Dengan pemahaman yang benar dan edukasi yang memadai, diharapkan angka vasektomi di Indonesia dapat meningkat untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang lebih terkendali dan berkelanjutan.