Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengusulkan kebijakan agar vasektomi dijadikan syarat bagi keluarga miskin untuk menerima bantuan sosial (bansos), namun hal ini menuai pro dan kontra. Himpunan Fasyankes Dokter Indonesia (HIFDI) menilai bahwa kaitan akses bansos dengan prosedur medis tertentu dapat menimbulkan tekanan pada masyarakat, terutama kelompok ekonomi rentan. Pasalnya, vasektomi seharusnya merupakan keputusan yang didasarkan pada sukarela pasien setelah menerima informasi yang lengkap. Menurut Sekretaris Jenderal HIFDI, dr. Putro Muhammad, prinsip otonomi pasien harus dijunjung tinggi dalam memilih layanan kesehatan, tanpa adanya syarat administratif sebagai prasyarat untuk mendapatkan bantuan sosial. Meskipun pengendalian jumlah kelahiran penting untuk pembangunan, pendekatan tersebut harus didasari atas asas keadilan, kesukarelaan, dan penghormatan terhadap integritas keluarga. HIFDI juga mendukung upaya edukatif mengenai kontrasepsi pria, termasuk vasektomi, namun penting untuk menyusun kebijakan kesehatan dengan prinsip kehati-hatian, empati, dan melibatkan partisipasi masyarakat, serta melindungi hak pasien dalam membuat keputusan yang berdasarkan informasi yang utuh.
Vasektomi sebagai Syarat Bansos di Jabar: Benarkah Tepat?
Read Also
Recommendation for You

Merawat orang yang terkena demensia merupakan tugas yang tidak mudah dan membutuhkan ketabahan. Itulah yang…

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah….

Kementerian Kesehatan terus berupaya menanggulangi kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Program pemeriksaan kesehatan gratis dan…

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan penggunaan ponsel semakin meningkat, yang kemudian berdampak pada peningkatan kasus sakit…