Perselingkuhan menjadi perbincangan hangat dalam masyarakat tanah air belakangan ini, terutama setelah serangkaian perceraian selebriti. Banyak spekulasi muncul mengenai kemungkinan perselingkuhan dapat diturunkan secara turun-temurun. Klaim yang beredar menyebutkan bahwa jika seorang ayah berselingkuh, anaknya pun kemungkinan akan berselingkuh di masa depan. Namun, menurut psikoterapis klinis berlisensi Dr. LeslieBeth (LB) Wish, jawabannya tidaklah begitu sederhana. Menurutnya, perilaku perselingkuhan bisa menjadi reaksi maladaptive ketika seseorang merasa tidak bahagia dalam hubungannya. Namun, perilaku ini juga bisa diwarisi dari anggota keluarga lain yang menjadi pengasuh.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di Universitas Binghamton, New York, para ilmuwan menemukan adanya hubungan antara dorongan untuk berselingkuh dengan gen tertentu yang dikenal sebagai polimorfisme reseptor dopamin (DRD4). Penelitian ini melibatkan 181 orang dewasa muda yang diminta mengisi kuesioner tentang perilaku seksual mereka dan memberikan sampel DNA untuk menganalisis variasi gen DRD4 dalam DNA mereka. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peserta yang memiliki jenis gen DRD4 tertentu cenderung memiliki kecenderungan untuk berselingkuh.
Menurut Justin Garcia, seorang peneliti utama dalam penelitian tersebut, gen DRD4 terkait dengan pelepasan dopamin atau hormon kebahagiaan. Orang yang memiliki gen DRD4 tertentu mungkin lebih tertarik pada aktivitas yang memberi kesenangan, termasuk berselingkuh, karena mereka mencari sensasi. Garcia menjelaskan bahwa orang dengan gen DRD4 membutuhkan rangsangan lebih untuk merasa puas, dan seringkali mencari sensasi yang lebih intens. Oleh karena itu, ada kemungkinan hubungan antara gen DRD4 dan kecenderungan seseorang untuk berselingkuh.












