Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, memberikan tanggapan terhadap pernyataan Partai Golkar yang membela Bahlil Lahadalia dengan mengatakan bahwa Ketua Umumnya selama ini diframing secara jahat padahal sebenarnya berpihak kepada rakyat. Herwin menganggap klaim tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Menurutnya, sejumlah kebijakan yang diperkenalkan oleh Bahlil justru merugikan masyarakat kecil dan lingkungan.
Herwin mencatat bahwa berbagai permasalahan yang timbul selama masa kepemimpinan Bahlil menunjukkan ketidaksesuaian antara narasi yang pro-rakyat dengan realitas kebijakan investasi yang dilaksanakan. Misalnya, kelangkaan gas 3 kg, eksploitasi tambang di pulau-pulau kecil di Halmahera dan Raja Ampat atas nama investasi, serta kebijakan pencampuran etanol dalam bahan bakar (E10) yang dinilai memberatkan masyarakat.
Pihak Herwin juga menyoroti bahwa sebagian orang mencoba menggambarkan Bahlil sebagai pembela kepentingan rakyat, padahal kebijakan yang diambil justru dinilai lebih menguntungkan korporasi besar. Hal tersebut disebut ironis, karena pejabat yang memperjuangkan ekspansi tambang di kawasan konservasi seolah-olah diposisikan sebagai penyokong rakyat, padahal dampaknya lebih menguntungkan korporasi besar.
Herwin mengecam upaya pihak-pihak tertentu yang mencoba memoles citra Bahlil sebagai sosok yang pro-rakyat sementara kebijakan yang diambil justru lebih condong ke arah korporasi. Menurutnya, jika kebijakan hanya menguntungkan korporasi dan meninggalkan dampak lingkungan yang merugikan, pada akhirnya siapa yang sebenarnya dilayani? Herwin menutup pernyataannya dengan menyindir bahwa menuduh setan berperan sebagai malaikat adalah sebuah ironi.










