Bahaya dan Cara Cegah DBD pada Anak: Info Penting untuk Orang Tua

Petugas melakukan fogging di kawasan pemukiman padat penduduk di Tanah Abang, Jakarta untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Orang tua diimbau untuk mengawasi dan melindungi anak-anak dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Menurut dokter spesialis anak di Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr Venty, Sp.A, CIMI, DBD masih merupakan ancaman serius bagi anak-anak, dan penting bagi orang tua untuk berperan aktif dalam pencegahan. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan cenderung menyerang anak-anak serta usia produktif.

DBD pada anak sering berkembang cepat, oleh karena itu deteksi dini dan perawatan yang tepat sangat penting. Nyamuk Aedes aegypti mampu menggigit berulang kali dalam jarak terbang 100-200 meter dan dapat berkembang biak di air bersih yang tidak terkelola. Data menunjukkan bahwa 73% kasus DBD terjadi pada kelompok usia 5-44 tahun dengan kematian terbanyak pada anak usia 5-14 tahun.

Tindakan awal saat anak demam termasuk memberikan cairan yang cukup, kompres air hangat, obat penurun panas, serta segera membawa ke fasilitas kesehatan bila muncul tanda bahaya. Pencegahan di rumah melalui gerakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta langkah tambahan seperti menabur larvasida dan menggunakan kelambu, dapat membantu mencegah penyebaran DBD. Vaksinasi dengue juga direkomendasikan untuk anak hingga usia dewasa guna membentuk kekebalan tubuh.

Dengan kombinasi pencegahan lingkungan, deteksi dini, serta perlindungan medis, risiko DBD dalam masyarakat bisa diminimalkan. Perlindungan tambahan melalui vaksinasi dengue direkomendasikan untuk anak usia 4 tahun hingga dewasa. Melibatkan anak dalam menjaga kebersihan rumah juga menjadi bentuk edukasi dini bagi pencegahan penyakit tersebut.

Source link