Banyak orang yang merasa tidak disukai orang lain, baik dalam pertemuan sosial, wawancara kerja, maupun obrolan sehari-hari. Fenomena ini dikenal sebagai “liking gap”, di mana kita cenderung meremehkan seberapa besar orang lain menyukai kita. Penelitian oleh Erica Boothby dari Universitas Yale mengungkapkan bahwa kecenderungan ini terbukti konsisten di berbagai konteks dan usia.
Beberapa alasan psikologis di balik fenomena ini, antara lain efek spotlight, suara kritis diri, sistem deteksi ancaman otak, dan sorotan otak pada momen buruk. Kecemasan sosial, media sosial, dan komunikasi jarak jauh juga dikatakan memperparah liking gap. Untuk mengatasinya, langkah pertama adalah menyadari keberadaan fenomena ini dan mengalihkan fokus dari diri sendiri ke orang lain dengan bertanya dan mendengarkan dengan saksama.
Menyadari bahwa tidak semua orang akan menyukai kita dan menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang normal juga dapat membantu menutup liking gap. Dengan demikian, kita dapat membangun interaksi sosial yang lebih sehat dan meningkatkan kesejahteraan mental kita.