Perluas Cakupan Vaksinasi, Tanggulangi Kasus Campak

Penyakit campak kembali mewabah di berbagai wilayah di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat 46 kejadian luar biasa di 42 wilayah di Indonesia. Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad, mengatakan bahwa tingkat kasus campak yang meningkat ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kekebalan kelompok yang dipengaruhi oleh cakupan imunisasi di masyarakat. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa vaksinasi memiliki dampak langsung terhadap kekebalan tubuh, sehingga jika tingkat imunisasi di suatu populasi di bawah ambang batas yang direkomendasikan, maka kekebalan yang dimiliki tidak cukup untuk mencegah penyebaran penyakit.

Mobilitas penduduk yang tinggi juga menjadi risiko penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lain, terlebih jika cakupan imunisasi campak di daerah tersebut rendah. Kelompok balita dan anak-anak dianggap paling rentan terdampak, hal ini karena kematian pada anak-anak memiliki dampak sosial ekonomi yang lebih besar. Untuk mengatasi penyebaran campak, dr. Riris mendorong penerapan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi massal yang cepat dan terkoordinasi di wilayah-wilayah terdampak KLB.

Dalam upaya pencegahan, fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit perlu dipersiapkan dengan baik untuk menangani kasus campak dan mencegah terjadinya kematian. Dr. Riris juga memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak meragukan vaksinasi campak demi melindungi buah hati dari penyakit berbahaya ini. Pemerintah perlu mencari strategi yang lebih baik untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terkait vaksinasi agar dapat menjaga kesehatan dan keamanan dalam masyarakat.

Source link