5 Teknik Atasi Trauma Demonstrasi menurut Psikiater

Psikiater dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali, dr. Made Wedastra, memberikan anjuran tentang lima teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi trauma akibat demonstrasi yang berujung kericuhan. Teknik-teknik ini direkomendasikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang yang terpengaruh oleh peristiwa tersebut. Demonstrasi seringkali dapat menyebabkan gangguan atau perubahan psikologis, terutama bagi individu yang terlibat langsung dan terpapar dengan kekerasan, pemukulan, pembunuhan, atau pembakaran. Untuk itu, dr. Made Wedastra menyarankan lima teknik yang bisa digunakan.

Teknik pertama adalah teknik grounding cepat, yang melibatkan pengalihan perhatian dengan menggunakan panca indra ketika seseorang merasa tidak nyaman atau sesak akibat menyaksikan unjuk rasa. Caranya adalah dengan metode 5-4-3-2-1, di mana individu diminta untuk menyebutkan lima benda yang terlihat, empat benda yang bisa disentuh di sekitarnya, tiga suara yang bisa didengar, dua aroma yang tercium, dan satu aroma yang bisa dirasakan di mulut.

Selain itu, teknik relaksasi pernapasan dalam dengan pola 4-7-8 juga sangat dianjurkan. Individu diarahkan untuk menarik napas selama empat detik, menahan napas selama tujuh detik, dan mengembuskan napas perlahan selama delapan detik. Kegiatan ini dapat diulangi hingga tiga hingga lima kali untuk mengurangi ketegangan otak dan merangsang relaksasi saraf, sehingga perasaan tegang, khawatir, dan cemas dapat berkurang.

Selain itu, dr. Made Wedastra juga menekankan pentingnya mengurangi paparan informasi negatif dan mengalihkan perhatian kepada kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan. Fokus terhadap hal-hal yang dapat dikendalikan juga disarankan, seperti mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi diri pesan positif menggunakan kalimat-kalimat afirmatif.

Untuk menghindari trauma yang berujung pada mimpi buruk, disarankan untuk melakukan peregangan sederhana sebelum tidur, mandi air hangat atau menggunakan aromaterapi di ruang tidur, relaksasi napas, atau membuat jurnal untuk menyalurkan pemikiran dan perasaan yang sulit diungkapkan. Doa sebelum tidur juga dianggap sebagai ritual untuk menenangkan diri. Dr. Made Wedastra juga menegaskan bahwa bagi korban kekerasan atau demonstrasi yang mengalami dampak psikologis yang berat, lebih baik berkonsultasi dengan profesional terkait seperti psikolog atau psikiater.

Dengan menerapkan teknik-teknik ini, diharapkan individu dapat mengatasi trauma atau stres akibat demonstrasi dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Itulah lima teknik yang disarankan oleh dr. Made Wedastra untuk mengatasi trauma akibat demonstrasi. Jadi, penting bagi individu yang merasakan dampak psikologis akibat peristiwa traumatik untuk mencoba menggunakan teknik-teknik tersebut sebagai langkah awal untuk pemulihan.

Source link