Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengutuk tindakan brutal dan kekerasan yang dilakukan oleh Brimob terhadap para demonstran pada Kamis malam, terutama terkait insiden kendaraan taktis Brimob yang secara fatal melindas seorang pengemudi ojek online hingga tewas. Usman menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak hanya brutal tetapi juga tidak manusiawi, melanggar prosedur pengamanan demonstrasi yang seharusnya dijalankan. Ia menuntut agar polisi yang bertugas dalam mengamankan demonstrasi selalu bertindak secara profesional, tidak menggunakan kekerasan berlebihan sebagai bentuk pembenaran atas keadaan di lapangan. Menurutnya, peserta demonstrasi serta media harus diperlakukan dengan hormat dan sesuai dengan hak asasinya.
Usman juga menyatakan bahwa aparat kepolisian seharusnya tidak menggunakan kekerasan mengingat potensi ancaman nyawa yang dimiliki dengan segala alat dan perlengkapannya. Penggunaan kendaraan taktis, gas air mata, tindakan pemukulan, dan penangkapan sewenang-wenang adalah pelanggaran hak asasi manusia yang tidak bisa diterima. Ia menekankan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas tindakan tersebut, dan mendesak Kapolri untuk segera menghentikan aksi kekerasan brutal dan memastikan pelakunya ditindak sesuai hukum.
Sementara itu, Perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Kepolisian, Aulia Rizal, juga mengutuk keras peristiwa tersebut, menyebutnya sebagai tindakan kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia menegaskan perlunya reformasi total kepolisian dengan adanya pengawas independen yang benar-benar bekerja. Sebelumnya, seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, dilaporkan meninggal dunia setelah terlindas oleh kendaraan taktis Brimob dalam bentrokan antara demonstran dan polisi di Pejompongan, Jakarta. Rekaman video dan keterangan saksi menyatakan bahwa insiden tragis tersebut harus menjadi pembelajaran bagi institusi kepolisian untuk menjalankan tugas dengan lebih manusiawi dan penuh tanggung jawab.
