Pengamat Politik, Rocky Gerung, membandingkan gaya kepemimpinan dua mantan kepala negara, yaitu Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo. Menurut Rocky, Jokowi dipandang sebagai mantan Kepala Negara yang paling kejam, bahkan melebihi kebengisan Soeharto. Penilaian ini didasarkan pada salah satu megaproyek Jokowi, Ibukota Nusantara (IKN). Rocky menyoroti bahwa proyek tersebut sulit untuk dijalankan karena tidak mendapat respon positif dari negara lain seperti China, Amerika, Mesir, Malaysia, dan Singapura. Akibatnya, Jokowi terpaksa memindahkan sebagian anggaran dari APBN ke proyek tersebut.
Sementara itu, Rocky juga menyoroti kasus seorang pria berkeluarga di Kupang yang nekat mengakhiri hidupnya karena tidak mampu membeli beras. Menurutnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi di masa Soeharto. Rocky menegaskan bahwa banyak orang yang bergantung pada bantuan langsung dari Jokowi, termasuk pemilih yang mayoritas tidak tamat kelas 7 SMP. Ia menyoroti bahwa kebijakan bantuan ini mungkin dapat memengaruhi produktivitas dan kemandirian masyarakat, terutama yang bergantung padanya. Rocky berpendapat bahwa penting untuk memahami latar belakang dan pendidikan dari pemilih agar dapat memberikan pemahaman yang sesuai dan efektif. Menurutnya, jika mayoritas pemilih tidak tamat SMP, maka pembicaraan tentang hal-hal normatif dan etik perlu disesuaikan dengan pendidikan dan pemahaman mereka.