Menyusui bukan hanya penting untuk kesehatan ibu dan anak, tetapi juga memiliki dampak positif dalam mengurangi perubahan iklim. Menurut Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, menyusui merupakan praktik alami yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah atau jejak karbon seperti produksi susu formula yang kompleks. Dalam rangka memperingati Pekan Menyusui Sedunia 2025 dengan tema “Prioritaskan Menyusui”, Nia menyoroti hubungan antara menyusui, keberlanjutan lingkungan, dan pengaruhnya terhadap perubahan iklim.
Menurut Nia, lingkungan yang mendukung praktik menyusui tidak hanya bermanfaat bagi keluarga tetapi juga membantu mengurangi dampak lingkungan yang timbul akibat pemberian makanan buatan. Dia menjelaskan bagaimana rantai produksi susu formula mulai dari peternakan sapi perah, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi berdampak negatif terhadap lingkungan.
Sebaliknya, menyusui memerlukan proses yang lebih sederhana dan ramah lingkungan. Tidak ada produksi yang mencemari, tidak ada limbah, dan tidak menggunakan bahan bakar. AIMI mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya dukungan untuk menciptakan ekosistem menyusui yang berkelanjutan. Nia juga menekankan perlunya komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, untuk mendukung praktik menyusui sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan.
Dengan adanya dukungan dan fasilitas yang memadai, praktik menyusui dapat semakin luas dilakukan oleh masyarakat, bukan hanya sebagai hak bagi ibu dan anak tetapi juga sebagai kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan. Mendekati Pekan Menyusui Dunia yang diperingati setiap 1-7 Agustus, AIMI berharap pesan tentang pentingnya menyusui untuk lingkungan dan pengurangan dampak iklim dapat semakin disuarakan.