Mengapa Lansia Lebih Sensitif: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Lansia sering kali memiliki perasaan yang lebih sensitif, rentan marah atau sedih, yang dapat menjadi tantangan bagi keluarga dalam memberikan perawatan. Dr. Erikavitri Yulianti, seorang konsultan psikiatri, menekankan pentingnya edukasi yang memadai dalam penanganan emosi sensitif pada lansia. Hal ini termasuk mengenali gejala umum serta menjalani diagnosis yang dilakukan oleh tenaga profesional untuk membedakan apakah perubahan emosi tersebut adalah hal yang normal atau sudah mengarah pada gangguan kejiwaan.

Berbagai faktor seperti perubahan fisik dan kesehatan yang semakin melemah, penurunan fungsi otak dan syaraf, serta perubahan pola tidur dapat menyebabkan perasaan sensitif pada lansia. Lansia mungkin merasa tidak berdaya jika dibantu, namun merasa diabaikan jika tidak dibantu, menyebabkan tantangan bagi keluarga dalam memahami emosi yang dirasakan oleh lansia. Untuk itu, diagnosis yang dilakukan melalui wawancara klinis dan observasi dengan teknik yang sesuai sangat penting.

Selain itu, dampak dari perasaan sensitif ini dapat meningkatkan risiko cemas dan depresi, menurunnya hubungan sosial, serta penurunan minat lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan sosial yang memadai. Keluarga perlu memperhatikan perubahan perilaku dan perasaan sensitif pada lansia, serta segera berkonsultasi pada psikiater jika terjadi perubahan yang signifikan.

Source link

Exit mobile version