RSCM Kembangkan Plasma Darah dan Reduksi Impor Kesehatan

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sedang bekerja keras untuk mengembangkan teknologi pemanfaatan plasma dari darah donor yang sebelumnya sering terbuang. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk plasma impor yang saat ini masih dominan dalam pasar kesehatan nasional. Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto menjelaskan bahwa sebagian besar pasien hanya membutuhkan komponen tertentu dari darah, sehingga lebih dari 200 liter darah per bulan biasanya tidak terpakai dan berakhir terbuang.

Supriyanto menegaskan bahwa RSCM sekarang telah memiliki sertifikat untuk menghasilkan darah yang sebelumnya tidak terpakai menjadi bahan setengah jadi yang kemudian bisa diolah menjadi obat. Untuk mencapai hal ini, RSCM bermitra dengan perusahaan swasta SK Plasma yang akan bertanggung jawab dalam mengolah bahan baku plasma menjadi produk kesehatan. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat pasokan bahan baku dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada produk plasma impor.

Pengembangan ini juga bertujuan untuk mencapai kemandirian farmasi dalam negeri dengan memproduksi sendiri produk plasma yang sebelumnya harus diimpor. Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, Renan Sukmawan, juga menyoroti manfaat dari pengembangan plasma ini seperti zat albumin yang sangat penting bagi pasien penyakit berat. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini, memandang bahwa pengolahan plasma di dalam negeri dapat memperkuat rantai pasok nasional.

Dengan kapasitas produksi yang diharapkan mencapai 600 ribu per tahun, RSCM diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pasokan plasma di dalam negeri. Melalui upaya ini, diharapkan harganya bisa lebih terjangkau dan memiliki nilai ekonomis yang baik.

Source link