Musim haji merupakan waktu yang penting yang memerlukan persiapan yang matang, tidak hanya dari segi fisik dan mental, tetapi juga dari segi kesehatan. Salah satu syarat keberangkatan untuk para calon jamaah haji tahun ini adalah melengkapi vaksinasi polio. Keputusan ini didasari oleh beberapa alasan kuat yang perlu diperhatikan. Pakar kesehatan menekankan pentingnya vaksin polio sebagai upaya pencegahan penyakit menular yang serius, terutama dengan adanya potensi penyebaran global.
Tahun ini, pemerintah Indonesia melaporkan adanya kasus Virus Derived Polio Virus (VDPV) yang mengakibatkan keharusan vaksinasi polio bagi jamaah haji. Langkah ini dipicu oleh kebijakan Arab Saudi yang mewajibkan vaksinasi polio bagi pelaku perjalanan dari Indonesia sejak Maret 2025. Kasus VDPV tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan, terutama pada kelompok rentan seperti lansia, dan kasus itu telah ditemukan di daerah seperti Aceh dan Tasikmalaya. Menurut regulasi kesehatan internasional, orang dari negara yang terjangkit penyakit harus divaksin saat bepergian ke negara lain.
AMPHURI, sebagai asosiasi yang menyoroti penyelenggaraan haji dan umroh, mengatakan bahwa keputusan untuk mewajibkan vaksin polio didasari oleh data perkembangan kasus yang dipantau oleh pemerintah. Mereka terus melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi yang direkomendasikan pemerintah, serta memastikan tidak adanya kecurangan terkait kartu kuning vaksinasi. Masyarakat diminta untuk tidak melihat vaksinasi polio sebagai beban, melainkan sebagai langkah perlindungan diri dari penyakit selama beribadah.
Vaksinolog Dirga Sakti Rambe juga menekankan pentingnya vaksinasi bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita komorbid. Vaksinasi bukan hanya formalitas semata, tapi juga merupakan langkah melindungi jamaah dari penyakit yang umumnya ditemukan di Arab Saudi seperti meningitis, pneumonia, dan RSV. Dengan kondisi yang stabil, kelompok rentan tetap dapat mengikuti vaksinasi untuk menjaga kesehatan selama beribadah.
