Terapi lintah atau hirudoterapi menjadi perbincangan di masyarakat Indonesia karena memiliki manfaat medis yang terbukti. Lintah medis seperti Hirudo medicinalis mengandung senyawa bioaktif seperti hirudin, enzim, dan peptida yang dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi peradangan. Praktik hirudoterapi banyak diterapkan di bidang bedah plastik dan rekonstruktif, terutama untuk memperbaiki kongesti vena pascaoperasi rekonstruksi.
Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa terapi lintah memiliki manfaat signifikan, meskipun terdapat juga risiko seperti infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam kasus nyeri kronis dan artritis, hirudoterapi dapat memberikan pereda nyeri hingga 12 jam pascaaplikasi. Namun, prosedur hirudoterapi masih bervariasi dan belum memiliki protokol baku yang diakui.
Tidak hanya di bidang bedah, tetapi juga di bidang kedokteran gigi mulai mengeksplorasi potensi terapi lintah. Penelitian menunjukkan bahwa hirudoterapi dapat membantu mengatasi peradangan gusi, mengurangi kedalaman kantong periodontal, dan mempercepat penyembuhan jaringan. Namun, perlu diingat bahwa terapi lintah harus dilakukan di bawah pengawasan medis yang ketat karena risiko infeksi dari bakteri Aeromonas.
Meskipun hirudoterapi bisa menjadi alternatif saat pengobatan konvensional tidak efektif, pengguna perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama bagi penderita diabetes atau gangguan serebrovaskular. Pastikan untuk mengikuti arahan dokter dan mengetahui risiko serta manfaatnya sebelum memutuskan menggunakan terapi lintah sebagai salah satu opsi pengobatan alternatif.