Kol goreng merupakan makanan yang sangat digemari karena teksturnya yang renyah dan gurih, terutama saat disajikan sebagai pelengkap dari hidangan pecel lele. Namun, dibalik kelezatannya, kol goreng ternyata memiliki potensi bahaya bagi kesehatan, termasuk risiko meningkatnya kemungkinan terkena kanker.
Menurut pakar gizi dari IPB University, dokter Zuraidah Nasution, proses menggoreng dapat membuat zat gizi mikro pada sayuran, terutama vitamin larut dalam air, menjadi rusak. Ia menyarankan agar sayuran diolah dengan cara minimal memaparkan panas dan menggunakan sedikit air, misalnya dengan cara ditumis atau dikukus.
Penggorengan sayuran, terutama dengan cara deep frying, dapat membuat air dalam sayuran menguap dan tergantikan oleh minyak goreng. Hal ini menyebabkan peningkatan asupan lemak dan kalori dalam tubuh, tanpa disadari. Selain itu, proses penggorengan dengan suhu yang tinggi juga dapat meningkatkan oksidasi lemak dalam minyak, sehingga menghasilkan senyawa berbahaya termasuk senyawa karsinogenik yang dapat meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Zuraidah menekankan pentingnya mengolah sayuran dengan cara yang lebih sehat, menggunakan metode seperti mengukus atau menumis dengan sedikit air. Dengan begitu, sayuran tetap dapat memiliki tekstur renyah tanpa harus digoreng, dan nilai gizinya terjaga. Dengan memilih teknik memasak yang tepat, masyarakat dapat tetap mendapatkan manfaat optimal dari sayuran tanpa risiko kehilangan gizi atau kesehatan yang lebih rendah.