Dibalik kemasan makanan praktis yang terlihat aman, nyatanya terdapat ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Sebuah tinjauan ilmiah yang dipublikasikan di Nature Medicine mengungkapkan ribuan bahan kimia sintetis yang tersembunyi dalam rantai pasok makanan modern, dari proses pengolahan hingga pengemasan. Paparan senyawa tersebut dikhawatirkan dapat berkontribusi pada peningkatan penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan kanker. Tim peneliti, dipimpin oleh Jane Muncke dari Food Packaging Forum Foundation, mengungkap bahwa sistem pangan global telah menjadi tempat distribusi utama bagi zat berbahaya yang belum dipelajari sepenuhnya terkait dampaknya pada kesehatan manusia.
Kemasan sekali pakai yang digunakan dalam makanan siap saji terbukti menjadi sumber kontaminasi utama. Contohnya, bisphenol A (BPA) yang sering terdapat di wadah plastik dan kaleng dapat mengganggu fungsi hormon dan meningkat risiko perpindahan ke makanan saat dipanaskan, seperti dalam microwave. Selain BPA, sejumlah produk juga dapat mengandung PFAS, zat kimia sintetis yang tidak dapat terurai dalam tubuh maupun lingkungan, dan berisiko menyebabkan gangguan serius.
Studi ini juga menyoroti bahaya zat kimia yang bersentuhan langsung dengan makanan selama proses pengemasan dan pengolahan (foods contact chemicals/FCCs) yang lebih berbahaya dibandingkan pestisida. Makanan ultraolahan (UPF) seperti makanan ringan, frozen food, dan camilan dalam kemasan ditemukan memiliki potensi paparan kimia tertinggi. Dilansir dari Study Finds, untuk menanggulangi masalah ini, peneliti mendorong perlunya reformasi kebijakan yang melarang bahan kimia berbahaya, meningkatkan metode pengujian bahan kimia, serta mengembangkan bahan kemasan yang lebih aman dan berkelanjutan. Semua bahan yang bersentuhan dengan makanan harus diuji secara menyeluruh dengan metode modern, termasuk potensi migrasi mikroplastik ke dalam makanan.