Kanker paru tetap menjadi tantangan kesehatan utama di Indonesia dan seluruh dunia, dengan angka kasus dan kematian yang terus meningkat. Skrining dini menjadi kunci penting dalam upaya menurunkan tingkat kematian akibat penyakit ini. Menurut data GLOBOCAN 2022, kanker paru telah menyebabkan 2,4 juta kasus baru secara global, dengan hampir 1,8 juta kematian—menjadikannya sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker.
Di Indonesia sendiri, kanker paru menyumbang 14,1% dari total kematian akibat kanker, yang merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Untuk menanggapi hal ini, AstraZeneca Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC) untuk mengadakan inisiatif edukatif yang bertajuk Pentingnya Skrining Kanker Paru. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini melalui metode seperti Low-Dose Computed Tomography (LDCT) dan pemeriksaan biomolekuler.
Edukasi dianggap sebagai langkah awal dalam memberdayakan pasien dan memberikan informasi yang akurat serta mudah dipahami untuk melawan kanker paru. AstraZeneca Indonesia berkomitmen untuk menyediakan solusi inovatif berbasis riset dengan fokus pada pasien. CISC juga menekankan pentingnya skrining secara berkala, terutama bagi kelompok berisiko tinggi, mengingat sebagian besar kasus kanker paru masih terdeteksi pada tahap lanjut.
Metode skrining seperti Low-Dose Computed Tomography (LDCT) terbukti efektif dalam mendeteksi kanker paru pada tahap awal. Studi besar seperti National Lung Screening Trial (NLST) di Amerika Serikat serta NELSON Trial di Eropa mendukung efektivitas metode ini dengan memberikan penurunan angka kematian yang signifikan. Dokter spesialis juga menekankan pentingnya mengenali faktor risiko kanker paru seperti riwayat merokok, paparan zat karsinogenik, usia, dan riwayat kanker dalam keluarga.
Setelah skrining dilakukan dan terdapat indikasi kanker paru, pasien perlu menjalani serangkaian pemeriksaan lanjutan termasuk biopsi dan tes biomolekuler. Tes seperti EGFR menjadi penting terutama pada kasus kanker paru tipe Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Tes EGFR dapat membantu menentukan terapi yang paling efektif bagi pasien yang positif mengidap mutasi gen tersebut. Selain itu, terapi target telah menjadi pilihan utama yang lebih presisi dan efektif daripada kemoterapi konvensional.
Upaya skrining secara berkala dan deteksi dini kanker paru menjadi langkah penting dalam mengurangi angka kematian akibat penyakit ini. Semoga inisiatif edukasi yang digagas oleh AstraZeneca Indonesia dan CISC dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih proaktif dalam menjalani skrining kanker paru dan memahami pentingnya deteksi dini sebagai upaya pencegahan yang efektif.