portalberitamerdeka.com portal berisi berita harian di indonesia termasuk geo politik seperti paslon prabowo subianto
Berita  

Siti KDI Berharap Rumah Adat Boyang Kayyang Buttu Ciping Menjadi Pusat Pelestarian Seni dan Budaya Mandar

Siti KDI Berharap Rumah Adat Boyang Kayyang Buttu Ciping Menjadi Pusat Pelestarian Seni dan Budaya Mandar

FAJAR.CO.ID, POLMAN — Artis nasional yang juga kader Partai Amanat Nasional (PAN) Siti Rahmawati atau lebih dikenal dengan nama Siti KDI, mengungkapkan kagumnya terhadap rumah adat khas Mandar Boyang Kayyang Buttu Ciping yang berada di Desa Batulaya, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar).

Menurut Siti, ketika melihat rumah adat Boyang Kayyang tersebut, ia teringat pada rumah gadang yang merupakan rumah adat khas Minangkabau di Sumatera Barat.

“Saya merasa rumah Boyang Kayyang ini bisa dipromosikan untuk pengembangan pariwisata di Polman, mirip seperti rumah gadang. Tempat ini dapat dijadikan sebagai tempat pelestarian dan pertunjukan seni dan budaya,” ujar Siti ketika mengunjungi rumah adat Boyang Kayyang pada Sabtu, 6 Juni 2024.

Sama dengan pendapat Siti, kakaknya yang juga seorang pedangdut senior, Cici Paramida, terkesan dengan keindahan pemandangan di sekitar rumah adat Boyang Kayyang.

“Pemandangan di sini sangat indah. Tempat ini juga cocok untuk menyelenggarakan acara seni dan budaya,” tambah Cici Paramida.

Diketahui bahwa Siti KDI dan Cici Paramida sempat pulang ke kampung halaman mereka di Kabupaten Polewali Mandar pada Kamis hingga Jumat, 4-7 Juni 2024.

Selama tiga hari di Polman, keduanya menyempatkan diri untuk bertemu dengan keluarga besar mereka yang berada di Desa Karama, Tinambung, Campalagian, Pambusuang, Wonomulyo, dan Polewali, sambil membagikan 1.000 paket sembako.

Siti KDI, yang dikabarkan akan maju sebagai calon wakil Bupati Polewali Mandar, juga meluangkan waktu untuk berziarah ke makam kakek buyutnya, KH Muhammad As’ad Harun, atau yang lebih dikenal dengan nama KH Daeng, yang pernah menjabat sebagai qadhi di masa Kerajaan Balanipa, serta mengunjungi makam keluarganya di Desa Karama dan Pambusuang.

Exit mobile version