FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Isu bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan mengambil alih Partai Golkar dari tangan Airlangga Hartarto terus beredar luas. Banyak yang berpendapat bahwa ayah dari Gibran membutuhkan dukungan dari partai politik besar untuk menjalankan semua agenda politik keluarganya.
Pendapat tersebut diungkapkan oleh pegiat media sosial Jhon Sitorus. “Saya kira serangan terhadap Ganjar dan PDI Perjuangan dari belakang adalah drama politik yang sangat besar dari pertunjukan Jokowi. Sekarang, misi berlanjut untuk mengambil alih kendali dari Airlangga Hartarto dan mengendalikan Golkar. Entah melalui Bahlil, Gibran, atau bahkan dirinya sendiri, yang pasti kehancuran bagi Airlangga semakin dekat,” tulis Jhon Sitorus seperti dikutip dari cuitannya di aplikasi X (twitter), @Miduk17.
Meskipun demikian, lanjut Jhon Sitorus, Airlangga sudah memberikan kontribusi besar kepada Jokowi. Mulai dari bergabung dalam kabinet Jokowi di periode pertama, mendukung penuh dalam Pilpres 2019 untuk kemenangan Jokowi, menjadi kekuatan utama dalam Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, hingga membantu putranya (Gibran) bersama Prabowo dalam Pilpres 2024.
Saat ini, Golkar menjadi partai yang menarik bagi Jokowi karena Golkar merupakan partai besar yang kepemimpinannya dapat berubah setiap saat tanpa harus terikat pada satu keluarga tertentu. Kemungkinan untuk kembali ke PDIP pun juga tidak mungkin meskipun belum secara resmi mengundurkan diri, di mana dia akan menempatkan dirinya berikutnya?
Untuk mewujudkan ambisi politik setelah pensiun, Jokowi membutuhkan alat politik untuk memastikan bahwa Prabowo tidak memiliki kekuatan sebesar yang dikhawatirkan.
Kekuatan tawar politik menjadi krusial dalam menjamin keamanan dan jaminan politik bagi Gibran, Bobby, Erina, dan Kahiyang. “Bahkan cita-cita Jan Ethes untuk menjadi Presiden bisa menjadi agenda Jokowi, kita tahu betapa besarnya rasa sayang seorang kakek kepada cucu pertamanya,” tambahnya.
