Prabowo Subianto, kandidat presiden nomor urut 2, mengkritik penggunaan anggaran stunting di Indonesia yang dinilai tidak efisien. Keprihatinan ini sebelumnya juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.
“Bahkan sudah berkali-kali Pak Jokowi menemukan kasus yang paling besar. Kasus anggaran stunting beliau periksa satu-satu di daerah, anggaran stunting biayanya kalau nggak salah Rp10 miliar,” kata Prabowo di acara ‘Trimegah Political and Economic Outlook 2024’, Jakarta, Rabu (31/1).
Dari total anggaran Rp10 miliar untuk stunting, sekitar Rp8 miliar di antaranya digunakan untuk keperluan lain, seperti perjalanan dinas, rapat kerja, dan simposium. Hanya Rp2 miliar yang digunakan untuk membeli susu dan telur untuk anak-anak.
Prabowo mendorong program makan siang dan susu gratis bagi anak-anak di sekolah sebagai upaya pencegahan stunting yang lebih efisien. Dia juga menyebut bahwa program ini sudah dilaksanakan di sekitar 76 negara di dunia, termasuk negara-negara dengan pendapatan per kapita setengah dari Indonesia.
Menurut Prabowo, program makan siang dan susu gratis ini bukanlah hal yang sia-sia, karena masuk dalam cakupan bantuan sosial dan pendidikan. Dia menyatakan bahwa program ini bisa turun ke semua bidang, dengan sumber daya yang tersedia jika dialokasikan kepada hal-hal yang mendesak.
Pada Juni 2023, Jokowi juga mengatakan bahwa anggaran penanganan stunting seharusnya lebih banyak dialokasikan untuk pembelian telur, susu, ikan, daging, sayuran, dan lainnya yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bukan untuk rapat atau perjalanan dinas.
Kritik terhadap penggunaan anggaran stunting ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pencegahan stunting di Indonesia. Prabowo dan Jokowi sama-sama menyoroti pentingnya alokasi anggaran yang tepat guna untuk masalah kesehatan masyarakat ini.