FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dalam Diskusi Publik Ekonom Perempuan Indef, Esther Sri Astuti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengkritisi bahwa debat calon wakil presiden (cawapres) pada Jumat (22/12) lalu belum mampu memberikan solusi yang memadai untuk perekonomian Indonesia.
“Debat cawapres ternyata belum memberikan suatu solusi yang jitu untuk perekonomian Indonesia, karena pada saat ide-ide dikemukakan oleh pasangan cawapres, itu belum membumi,” kata Esther dalam Diskusi Publik Ekonom Perempuan Indef yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, (28/12/2023).
Menurut Esther, ide-ide yang diungkapkan oleh pasangan cawapres belum membumi dan tidak memberikan solusi jitu.
Ia fokus pada visi cawapres yang ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan memanfaatkan bonus demografi melalui generasi emas.
Namun, Esther menilai bahwa visi tersebut tidak didukung oleh investasi sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
Beberapa program cawapres, menurutnya, terlalu berfokus pada pembangunan ibu kota baru dan infrastruktur, yang seharusnya bukan menjadi prioritas.
Esther menegaskan pentingnya kesadaran capres dan cawapres akan kebutuhan investasi SDM, modal yang besar, dan teknologi untuk mewujudkan kekuatan ekonomi yang besar bagi Indonesia.
Di sisi lain, Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) menyayangkan bahwa debat capres kurang mendalami upaya penguatan daya beli masyarakat, padahal konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB).